TERWUJUDNYA GENERASI EMAS QUR'ANI 2045 YANG CAKAP, CENDEKIA, DAN BERAKHLAK MULIA

Jumat, 20 April 2012


Yahoo.com
Oleh Kim Hookem-Smith

Seorang bayi laki-laki yang baru lahir berjuang bertahan hidup di Pakistan setelah terlahir dengan kondisi memiliki anggota tubuh tambahan.

Bayi ini diduga adalah satu dari sepasang kembar parasit. Ia memiliki bagian tubuh kembarannya yang tidak berkembang sempurna.
Para dokter kini sedang mengawasi kesehatan sang bayi yang kini dipindah ke Karachi untuk menjalani perawatan. Mereka sedang mempertimbangkan untuk meminta bantuan pihak asing untuk operasi menghilangkan bagian tubuh tambahan sang bayi.

Ayah bayi tersebut, Imran Shaikh sudah meminta bantuan dana untuk perawatan anak laki-lakinya. Ibu sang bayi sedang memulihkan diri dari operasi caesar di rumah keluarga mereka di Sukkur, sekitar 450 km dari Karachi, Pakistan.

"Mengoperasi bayi dengan kondisi seperti ini bukanlah tugas mudah, harus ada penilaian menyeluruh akan apa yang harus dilakukan," kata Dr Jamal Razza dari Institut Nasional Kesehatan Anak di Karachi. "Kami harus mengetahui apakah bayi ini memimiliki semua anggota tubuh kembarannya atau anggota tubuhnya sendiri. Kami juga harus menentukan seberapa banyak organ dalam yang sudah berkembang dan ini bisa merumitkan masalah dan menurunkan kans bayi ini untuk hidup."

Peluang kondisi ini bisa terjadi kurang dari satu dalam sejuta.

Rabu, 04 April 2012

Tujuh Santri Raih Medali Olimpiade Matematika Internasional

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tujuh santri dari Pesantren Bustanul Ulum, Pamekasan Madura, menyabet medali perunggu Olimpiade Matematika Internasional yang digelar terpisah, di Beijing dan India belum lama ini.

Mereka berasal dari tingkat pendidikan madrasah tsanawiyah dan tingkat Aliyah, yakni empat berasal dari madrasah tsanawiyah dan dua dari madrasah Aliyah. Satu medali perunggu juga diperoleh tim matematika Aliyah.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU, Arvin Hakim Thoha, Selasa (11/8), mengatakan prestasi yang diraih santri tersebut membuktikan bahwa pendidikan pesantren saat ini bisa bersaing dengan sekolah umum.

Pendidikan pesantren saat ini tidak melulu belajar membaca kitab kuning dan pengetahuan agama dan hanya menelurkan kyai, tetapi juga banyak yang juga terjun ke dunia umum lainnya. “Mereka juga belajar ilmu-ilmu lainnya dan memiliki prestasi yang tidak kalah dengan sekolah umum,” katanya.

Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Mohammad Ali, mengapresiasi keberhasilan tersebut. Selain menjanjikan perbaikan fasilitas pendidikan di pesantren, ia juga menjanjikan memberikan tiket khusus kepada santri peraih medali untuk memilih perguruan tinggi kelak, tanpa harus mengikuti tes masuk PTN.

Ketua pembina lomba dari Erick Institut, Ahmad Zainal, mengatakan dalam ajang olimpiade tersebut para santri harus bersaing dengan peserta dari banyak Negara, termasuk Amerika serikat, Cina, Korea Selatan dan Malaysia. Latar belakang para santri itu bukanlah dari kaum berada. Seleksi serta pembinaannya pun tidak membutuhkan waktu khusus. Setelah diseleksi dari sekolah masing-masing, mereka lalu dibina setiap minggu sambil diseleksi kembali.

Ia mengatakan, siswa yang dinilai memiliki kelebihan diwajibkan memasuki pendidikan khusus atau karantina selama dua bulan sebelum diberangkatkan.  “Jadi santri yang ikut bukan dari kalangan masyarakat mampu yang didukung oleh gizi baik serta fasilitas cukup. Mereka dari kalangan masyarakat kebanyakan dengan ekonomi terbatas,” ujarnya.
Redaktur: Johar Arif
Reporter: Nashih Nashrullah

Jumat, 30 Maret 2012

CARA CEPAT Perkalian Bilangan 10 sampai 19

 Kita bisa menghitung perkalian bilangan bilangan dari 10 sampai dengan 19 dengan cara cepat, tanpa menghitung manual yang pasti memakan waktu lebih lama dibanding cara ini, yaitu dengan cara seperti yang tertera pada gambar ;
contohnya saja 13 x 12 = . . . . 

kita bisa hitung dengan langkah yang pertama yaitu menjumlahkan bilangan pertama dengan angka terakhir pada bilangan pengalinya. maka 13 + 2 =15, 15 ini adalah sebagai bilangan ratusan dan puluhannya.

langkah kedua yaitu dengan mengalikan angka terakhir pada kedua bilangan (pengali dan yang dikali) yaitu 3 x 2 = 6, 6 ini adalah sebagai bilangan satuannya

sehingga hasil dari 13 x 12 = 156, silakan melakukan perkalian dengan bilangan yang lain. INGAT hanya bilangan 10 samapi 19 saja.
*** SELAMAT MENCOBA ***

Tahun 2012 Ujian Ulang dan Naskah Cadangan (UN) "Ditiadakan"

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG Tahun ini tak hanya ujian ulang yang ditiadakan, pasalnya cadangan naskah soal ujian nasional (UN) pun tidak disediakan. Banyaknya naskah soal disesuaikan dengan jumlah peserta didik yang mengikuti ujian.

hal ini dilakukan guna mengurangi risiko kebocoran soal ujian. "Klau terjadi kekurangan naskah soal ujian, bisa dicarikan ke sekolah lain ," Ujar anggota Badan Standar Nasional Pendidikan , Mungin Edi Wibowo, saat ditemuai uasai rapat kerja pendidikan se-Jawa Tengah menuju UN yang jujur dan berprestasi 2012 di komplek Gubernuran Jateng, Rabu (18/3).

Jika sekolah lain juga tak memiliki naskah, maka bisa dicari ke tingkat kabupaten/kota. "Jika tidak memungkinkan, maka di-fotocopy, tapi harus disaksikan oleh panitia dan pengawas ujian," katanya.
Dengan begini, Mungkin optimis tidak akan terjadi kebocoran soal.

Bagi peserta ujian yang belum menerima naskah soal pada saat ujian, maka akan diberi tambahan waktu. Pasalnya hal ini merupakan kesalahan panitia pelaksana ujian sehingga jangan sampai siswa yang dirugikan.

Dirinya mengimbau para siswa yang akan menghadapi ujian nasional untuk memahami materi dengan baik, percaya diri dengan apa yang sudah dipelajari. "Jangan terpengaruh hal-hal yang justru merumuskan, misalnya isu kebocoran soal yang beredar," imbuhnya.

Siswa diharap tenang dan jangan cemas dengan menganggap ujian nasional adalah hal yang menakutkan. Mungkin menyebut di sinilah peran guru untuk memberikan sistem pembelajaran yang baik agar siswa percaya diri. hal ini bisa ditempuh dengan melaksanakan ujian harian, semester, atau rajin memberi latihan soal.

Selasa, 27 Maret 2012

Belajar Dengan System “tembak”

(koran.republika.co.id.)
Akhir-akhir ini saya sering ditanya oleh siswa. Pada saat memberikan pelajaran khusunya pembahasan soal-soal. “Apakah ada cara yang lebih cepat pak?”. Itu pertanyaan yang paling sering muncul bila menjelang ujian. Mengawa tidak sedari awal saja bertanya seperti itu?
Saya yakin, bagi kompasioner yang berprofesi sebagai guru seperti saya akan menemui hal serupa. Rasanya enak sekali kalau bisa mengerjakan matematika dengan cara kilat, serba ingin cepat selesai dan segera bebas  dari beban belajar.
Saya mengetahui bahwa anak yang menanyakan seperti itu adalah yang mengikuti bimbingan belajar di lembaga-lembaga bimbingan belajar yang menampung siswa siap ujian. Lembaga seperti itu biasanya ramai bila menjelang ujian, bahkan membuka kelas malam hari untuk menampung anak yang tidak punya kesempatan sore hari.
Ilmu yang saya ampu adalah pelajaran yang bersifat menyelesaikan masalah. Acap kali kita menjumpai hal-hal yang pelik, rumit sehingga memerlukan bantuan pihak lain untuk menyelesaikan.
Demikian pula bagi siswa, manakala menemui hambatan dalam menyelesaikan masalah terutama yang bersifat eksak, matematika sangat membantu agar jalan tidak buntu. Matematika akan menuntun menyelesaikan persoalan setahap demi setahap. Dengan demikian problem yang ditemui akan terurai, dan persoalan akan terjawab.
Memang benar, bahwa matematika perlu ketrampilan berhitung. Namun trampil menghitung dengan cepat bukan jaminan untuk menyelesaikan soal. Kecepatan berhitung adalah sebagai alat bantu.
Suatu ketika saya berdiskusi kecil dengan seorang dosen. Ia sempat menyangsikan terhadap mahasiswanya. Mengapa demikian? Karena dalam ijazah tertera nilai matematikanya tinggi, namun setelah dosen memberikan tugas yang menitik beratkan pada problem solving, mahasiswa itu tidak bisa berbuat apa-apa. Saya juga mengatakan dengan terus terang, bahwa mahasiswa itu adalah produk pembelajaran di sekolah dan bimbingan belajar dengan system “tembak”. Intinya yang penting bisa menjawab soal dengan cepat dan benar.
Matematika menuntun kita agar dalam menyelesaikan tugas secara urut, runtut dan nalar. Saya sering menjumpai anak, dalam menyelesaikan soal dengan cara meloncat-loncat, bahkan ada juga yang langsung menjawab isinya tanpa member alasan yang jelas. Saya masih menghargai anak menjawab dengan urut dan logis walaupun ketemunya salah. Saya pikir mungkin pada perhitungan akhir ada kesalahan. Saya malah menyelahkan anak dua kali, karena tidak melalui jalan yang urut, tetapi isinya benar.

Dua sampai tiga tahun terakhir ini, soal-soal ujian nasional untuk pelajaran matematika lebih banyak aplikasinya dibanding dengan teori. Terutama untuk bidang geometri. Bila anak yang kita bimbing dengan memakai sistem “tembak”, maka saya jamin akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan ujian nasional.

sumber : http://www2.jogjabelajar.org/smpmuh4/affandi/?p=567

TOMCAT